Wahai para penghuni tenda! Bergegaslah! Lipat tenda
kalian!
Kafilah telah siap menunggu!
Suara genderang telah ditabuh
Di atas punggung unta mereka telah siaga!
HANYA sedikit sarjana sejarah Islam yang tidak mengakui prestasi yang dicapai oleh khalifah-khalifah dinasti Umayyah. Tetapi tidak banyak orang yang tahu bila Hindun, nenek moyang khalifah-khalifah ini, terkenal di seluruh semenanjung Arab karena keberaniannya dalam melawan maupun membela Islam.
Kita tahu persis beberapa jumlah orang yang meraih kehormatan sebagai syahid karena dibunuh oleh Hindun muda. Para sejarawan tidak mencatat sedikit pun tentang peristiwa-peristiwa berbahaya yang telah ditimbulkan oleh Hindun muda. Penelitian para sarjana tidak mampu mengungkap berapa kendi air yang harus diminum oleh Abu Sufyan, demi menghilangkan rasa takut, setelah ia melihat keganasan Hindun muda. Tetapi yang penting dari semua itu adalah bahwa medan-medan peperangan di wilayah Arab merasa ngeri melihat keganasan Hindun dalam mengisi lembaran-lembaran penting dalam sejarah Arabia.
Penyiksaan yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy telah menyebabkan Rasulullah harus mengungsi ke Madinah. Namun Rasulullah tidak diberi kesempatan sedikit pun untuk menikmati ketenangan hidup sekalipun beliau berada di tempat yang jauh. Sambutan baik penduduk Madinah dan keberhasilan beliau dalam membangun kekuatan telah menyebabkan kemarahan dan kecemburuan kaum Quraisy. Mereka mengirimkan balatentara guna menghancurkan Rasulullah dan para pengikutnya. Akibatnya, terjadilah perang Badar yang berakhir dengan kemenangan kaum muslimin. Salah seorang putra Hindun yang bertempur di pihak pasukan Mekah terbunuh dalam insiden tersebut.
Kekalahan yang memalukan ini hanya menambah kemarahan kaum Quraisy. Karenanya, mereka mengumpulkan kekuatan dan mengirimkan ekspedisi militer untuk menyerbu Madinah. Hindun yang punya dendam kesumat ikut merekrut pasukan khusus wanita. Mereka berasal dari kalangan wanita bangsawan Quraisy. Di bawah pimpinannya, pasukan ini bergabung dengan rekan-rekan mereka menuju Madinah. Mereka melakukan marching sembari bernyanyi —menyanyikan lagu-lagu peperangan.
Kaum muslimin berkumpul di bukit Uhud untuk mempertahankan kedaulatan mereka. Sebelum pasukan Mekah menyerang pasukan muslim, Hindun dan pasukan srikandinya berdiri di depan mereka dan menyanyikan syair:
Kami adalah anak-anak matahari pagi Kami melangkah di atas permadani beludru Kami menyambut mereka dengan kalungan bunga Yang maju ke medan tempur dengan hati yang tak pernah kecut Kami dekap mereka dengan penuh cinta ke dada kami Tetapi kami tendang mereka untuk selamanya tinggalkan medan laiknya pengecut
Tergerak oleh ucapan yang merendahkan itu, orang-orang Mekah menerjang pasukan muslim. Hindun dan pengikut-pengikutnya berdiri di belakang mereka seraya tetap mendendangkan:
Majulah kawan! Majulah! Putra-putra pahlawan majulah! Pegang pedang kalian erat-erat Bunuh musuh sampai kepala terakhir Biarkan bendera kebanggaan kalian berkibar di angkasa Jadikan medan perang kosong dari para musuh Majulah kawan, majulah! Putra halilintar, majulah!
Kedua pasukan bertempur mati-matian hingga medan Uhud banjir darah dan mayat. Hamzah, paman Rasulullah, gugur dalam pertempuran itu. Hindun membelah jenazahnya, mengambil jantungnya, memamah dan memuntahkannya kembali! la juga memotong hidung dan telinga pasukan muslim yang tewas dan merangkainya menjadi kalung. Dengan bangga, Hindun memakai rangkaian anggota tubuh manusia itu, menari dan menyanyi:
Puas sudah rasa haus darah yang menyerang jiwa Padam sudah bara dalam dada Hindun, kini roh anakmu telah terbebaskan Kembali! Pulanglah segera ke rumah!
(II)
TUJUH tahun setelah peristiwa Uhud, masa-masa kegelapan Islam telah berlalu. Rasulullah berhasil menaklukkan Mekah dan mendeklarasikan pengampunan massal kepada musuh-musuh beliau. Tersentuh oleh keluhuran budi Rasulullah, orang-orang Mekah berkumpul d:i hadapan beliau dan menyatakan syahadat. Hindun tidak tinggal diam. Dia datang bersama pengikutpengikutnya menghadap Nabi dan menyatakan masuk Islam. Rasulullah memberi mereka nasihat seraya berkata, "Berjanjilah bahwa kalian tidak akan berbohong dan melakukan zina!"
"Wahai Rasulullah, mungkinkah wanita terhormat melakukan hal itu? tanya Hindun.
"Alangkah baiknya kalau kalian tidak melakukannya. Berjanjilah bahwa kalian tidak akan membunuh anakanak kalian!" lanjut Rasulullah.
"Kami yang membesarkan mereka. Kalianlah para lelaki yang membawa mereka ke medan perang dan membunuh mereka," jawab Hindun lagi.
Rasulullah menatap si pembicara, "Apakah kamu Hindun?"
"Benar Wahai Rasulullah."
"Baiklah kalau begitu. Jangan ijinkan lagi lelaki kalian membunuh mereka. Berjanjilah juga bahwa kalian tidak akan mencuri."
"Kadang-kadang aku melakukan hal ini, tetapi aku mencurinya dari dompet suamiku; apakah itu juga termasuk pencurian?"
Rasulullah tersenyum, "Bukan, itu bukan mencuri; tetapi jangan menggunakan uang suami secara berlebihan."
(III) BEBERAPA tahun kemudian, api perang menyelimuti cakrawala Yarmuk. Kekaisaran Romawi Timur tidak akan pernah membiarkan negara persemakmuran Islam berkembang luas hingga ke daerah yang berbatasan dengan kerajaannya. Oleh sebab itu mereka memutuskan untuk menghancurkan ancaman orang Islam yang semakin besar meskipun masih dalam tahap perkembangan awalnya dan mengirimkan satu ekspedisi militernya dengan kekuatan penuh untuk tujuan tersebut. Tentara muslim pun tidak ketinggalan mempersiapkan kekuatannya untuk mempertahankan eksistensi mereka. Akibatnya terjadilah perang Yarmuk.
Hindun masih hidup pada waktu itu. Dia mencari tahu maksud tentara Romawi. Dia meninjau persiapan kaum muslimin dalam menghadapi bencana yang menghadang. Meskipun kepalanya sudah bertabur uban, darah Hindun masih tetap mendidih dalam urat nadinya.
Suatu hari ia pergi menemui teman-teman dan peng-ikut-pengikut lamanya dan mengatakan dengan lantang, "Seluruh negeri sedang dimobilisasi untuk menghadapi perang Yarmuk. Bagaimana kalian masih sibuk menyisir uban kalian dan berbagi kisah-kisah cengeng. Kawan, bersiaplah! Mari kita berangkat ke medan laga dan memberikan semangat kepada cucu-cucu kita yang maju ke medan perang. Paling tidak hal fni bisa menggantikan kesalahankesalahan yang pernah kita lakukan pada perang Uhud. Dan jika kita beruntung, tombak dan anak panah musuh akan menembus dada kita, niscaya pintu surga akan terbuka lebar di hadapan kita!"
Para wanita itu menanggapi seruan Hindun dengan serta-merta. Selang beberapa saat satu peleton pasukan srikandi Islam di bawah pimpinan Hindun bergabung dengan tentara muslim.
Pada malam menjelang perang, saat pasukan muslim hendak maju ke medan perang, Hindun dan pasukan srikandinya mendekati mereka dan seiring derap langkah pasukan muslim, mereka menyanyikan lagu-lagu perjuangan:
Majulah! Saudara seiman, majulah!
Qur'an nan suci dalam dada kalian
—Pesan Kebenaran, Cahaya Tuhan—
Musnahkan tentara kafir
Majulah! Kaum muslimin, majulah!
Perang pun berkecamuk. Pasukan Islam bertempur dengan gagah berani, tetapi keberanian mereka tidak mampu menghadang kekuatan pasukan musuh yang jauh lebih banyak. Sehingga pasukan muslim mulai terdesak mundur.
Pada saat itu, tiba-tiba Hindun dan pasukan srikandinya muncul di depan mereka. Dia mencabut seluruh perhiasan dan kerudung yang ia pakai, lalu ia lemparkan ke wajah tentara Islam seraya berteriak, "Wahai para pengecut! Mau ditaruh di mana muka kalian bila kalian pulang dengan membawa kekalahan? Dasar tidak tahu malu. Jika kalian ingin melarikan diri, turun dari kuda kalian, ambillah perhiasan ini dan pakailah, dan masuklah kalian ke kamp kalian. Kami yang akan memacu kudakuda kalian. Kami akan bertempur dan kami akan menang."
Arus pun berbalik. Pasukan muslim bertempur dengan kekuatan baru dan berjuang habis-habisan hingga tentara Romawi terpukul mundur pontang panting dan melarikan diri.
Dengan menyanyikan lagu-lagu kemenangan, Hindun dan pasukannya pulang ke kampung halaman mereka. []
—Bin Hisham