Special discount up to 75%. Click
Pesta Lesbi
TANTE LIS DAN IBU SUSI
Tante Lis berusia 45 tahun dengan ukuran payudara 38 dan tubuh yang ideal. Dia bekerja sebagai ibu rumah tangga dan tinggal di Yogyakarta. Sedangkan Ibu Susi berusia 40 tahun dengan ukuran payudara 38 dan tubuh yang ideal. Dia bekerja sebagai dosen di Malang dan juga tinggal di sana. Suami mereka berdua adalah kakak beradik dan sibuk bekerja di luar negeri.
Mereka berdua menjadi lesbian ketika suatu sore Tante Lis ditelepon oleh seseorang yang mengaku sebagai relasi suaminya di Inggris, namanya Jennifer. Dia orang Amerika. Dia mengatakan kalau ada sesuatu yang ingin dibicarakan tentang suaminya. Tante Lis disuruhnya datang ke hotel tempatnya menginap sore itu juga. Di Hotel Garuda. Kebetulan Ibu Susi sedang liburan di tempat Tante Lis. Sehingga diajak pula Ibu Susi. Setelah melapor ke resepsionis hotel, mereka berdua langsung menuju ke kamar Jennifer. Mereka disambut Jennifer sendiri.
"Selamat sore," sapa Jennifer ramah dalam bahasa Indonesia meskipun agak kaku.
"Selamat sore," jawab Tante Lis.
"Bisa ketemu dengan Jennifer," sambung Tante Lis.
"Saya sendiri. Ibu siapa?"
"Saya Nyonya Hermawan," jawab Tante Lis menyebutkan nama suaminya.
"Ooo.. Maaf Bu. Saya tidak tahu."
Jennifer lalu menjabat tangan Tante Lis.
"Dan ini kerabat saya," kata Tante Lis.
"Susi," kata Ibu Susi sambil menjabat tangan Jennifer.
"Mari, silakan masuk! Maaf kursinya saya pakai untuk menaruh tas. Saya hanya semalam di sini. Kita duduk di tempat tidur saja."
Mereka bertiga masuk dan lalu duduk di tepian tempat tidur.
"Kenapa hanya semalam?" tanya Ibu Susi.
"Saya kebetulan hanya mampir untuk membicarakan masalah Pak Hermawan. Besok saya sudah berangkat ke Australia."
"Bagaimana dengan suami saya?" tanya Tante Lis.
"Dia terlibat suatu masalah."
Kemudian Jennifer menceritakan masalah yang dihadapi suami Tante Lis. Sampai akhirnya mereka bertiga terdiam beberapa saat. Tiba-tiba..
"Saya mohon kepada anda untuk menolong suami saya," kata Tante Lis kepada Jennifer.
"Saya sebetulnya tidak bisa menolong Pak Hermawan. Bisa, asal.."
Jennifer tidak melanjutkan kata-katanya. Tetapi tangannya melepaskan kancing baju yang dipakai Tante Lis yang duduk di sampingnya. Tante Lis diam saja. Dibelainya bagian atas payudara kirinya yang masih ditutupi BH.
"Ehmm.. ehmm.. ehmm.."
Kedua tangan Jennifer lalu bergerak ke belakang, melepas tali BH yang dipakai Tante Lis. Salah satu tangannya maju ke depan dan meremas payudara kanan Tante Lis.
"Aaahh.. aahh.. aahh.."
Ibu Susi yang sedang duduk di samping Tante Lis dan sedang membaca majalah terkejut mendengar suara yang keluar dari mulut Tante Lis. Dilihatnya kedua tangan Jennifer sedang meremas kedua payudara Tante Lis sedangkan kedua tangan Tante Lis melepas baju yang dipakai Jennifer. Sekarang bibir mereka berdua sudah saling menempel dan kedua lidah mereka saling mengulumdengan hangat. Ibu Susi yang melihat itu tidak kuat menahan nafsu. Diremasnya kedua payudaranya sendiri yang masih ditutupi pakaiannya.
Baju Tante Lis sekarang sudah terlepas dari tempatnya dan kedua tangannya melepas kaos dalam yang dipakai Jennifer sambil tetap berciuman. Bibir Tante Lis terlepas dari bibir Jennifer demi dilihatnya kedua payudara Jennifer yang ukurannya dua kali lebih besar dari miliknya meskipun tubuhnya biasa saja. Jennifer yang merasakan hal itu lalu merebahkan diri sambil menarik tubuh Tante Lis. Sehingga mulut Tante Lis jatuh tepat di atas payudara kiri Jennifer. Dijilatinya payudara kiri Jennifer tersebut sambil tangan kirinya memilin-milin puting payudara kanan Jennifer. "Aaahh.. aahh.. aahh.."
Ibu Susi melihat hal tersebut. Nafsunya semakin panas sehingga sekarang tangannya menarik tangan kiri Tante Lis dari payudara kanan Jennifer dan mulutnya ikut beraksi. Dijilatinya payudara kanan Jennifer sambil tangannya meremas payudara kanan Jennifer. Kedua tangan Jennifer akan meremas kedua payudara Tante Lis. Tetapi tangan kirinya dipegang tangan Tante Lis. Sedangkan tangan kanannya dipegang tangan Ibu Susi. Tante Lis dan Ibu Susi sibuk mempermainkan kedua payudara Jennifer sampai akhirnya Ibu Susi kelelahan dan terlentang di samping kanan Jennifer. Jennifer yang merasa tidak bisa apa-apa ketika kedua payudaranya dipermainkan kedua tamunya kemudian mengangkat kepala Tante Lis yang masih sibuk. Tante Lis tahu diri dan kemudian dia ikut terlentang di samping kiri Jennifer. Tidak lama, setelah Jennifer bangkit dari tempat tidur, Tante Lis menghampiri Ibu Susi. Tante Lis dengan cekatan melepas pakaian bagian atas Ibu Susi yang masih berpakaian lengkap.
Sekarang mereka berdua sudah setengah telanjang dan Tante Lis lalu menindih Ibu Susi. Kedua payudara mereka saling menempel. "Ouohh.." Mulut mereka berdua sama-sama mengeluarkan suara yang disambut dengan kedua bibir mereka yang saling berciuman dan perang antar lidah. Jennifer sendiri setelah bangkit dari tempat tidur lalu melepas celana jeans yang dipakainya. Sekarang dia sudah telanjang bulat karena dia tidak memakai celana dalam. Dia mengambil dua buah dildo berukuran 20 cm dari dalam tasnya. Dia berbalik dan melihat ke tempat tidur. Tante Lis dan Ibu Susi sedang dalam puncak kenikmatan. Mereka berdua sudah telanjang bulat. Mereka berpelukan dan bergulingan di atas tempat tidur. Jennifer melemparkan salah satu dildo ke tempat tidur.Sedangkan yang satunya sedang menari-nari di kedua payudaranya sendiri. Dildo tersebut kemudian naik dan masuk ke dalam mulutnya. Dikeluar-masukkan dildo tersebut. Setelah puas, dildo tersebut turun ke bawah. Dimasukkannya dildo tersebut ke dalam lubang kemaluannya sepanjang 15 cm. Diputar-putar dan digesek-gesekkan dildo tersebut dalam lubang kemaluannya sambil dia menari-nari. "Aaahh.. aahh.. aahh.."
Jennifer terkejut dengan suara tersebut dan dilihatnya Tante Lis dan Ibu Susi sama-sama terlentang sehabis lelah bercumbu. Dilihatnya tangan Ibu Susi memberi isyarat untuk menghampirinya. Jennifer naik ke tempat tidur dan tangannya menggesek-gesekkan dildo yang dilemparnya tadi ke kedua payudara Ibu Susi bergantian. Sedangkan dildo yang satunya masih menggantung di kemaluannya sehingga mirip kemaluan laki-laki meskipun sudah keluar dengan panjang 15 cm. Kemudian dildo tersebut dengan pelan-pelan dimasukkan ke dalam lubang kemaluan Ibu Susi. Dikeluar-masukkan seolah-olah Jennifer adalah seorang laki-laki yang sedang menyetubuhi seorang wanita. "Aaahh.. aahh.. aahh.."
Sedangkan dildo yang menari-nari di kedua payudara Ibu Susi sekarang sudah menjelajahi kemaluan Tante Lis. Setelah beberapa menit Jennifer mengeluarkan dildo dari dalam liang kemaluannya. Sekarang tangan kanannya mengeluar-masukkan dildo ke dalam lubang kemaluan Tante Lis dantangan kirinya mengeluar-masukkan dildo ke dalam kemaluan Ibu Susi. Kedua tangan Tante Lis dan Ibu Susi juga tidak tinggal diam. Kedua payudara Jennifer yang menantang dijadikan permainan kedua tangan mereka. Diremas, dipilin dan disentil putingnya. "Aaahh.. aahh.. aahh.." Mereka bertiga akhirnya kelelahan. Setelah keluar untuk makan malam, mereka melanjutkan permainan mereka sampai pagi.
Pagi harinya Tante Lis dan Ibu Susi mengantarkan Jennifer ke Bandara. Jennifer meninggalkan masing-masing dildo untuk Tante Lis dan Ibu Susi. Keesokan harinya Ibu Susi juga kembali ke Malang karena masa liburannya sudah habis.
KISAH MARTHA
Martha berusia 23 tahun dengan ukuran payudara 36 dan tubuh yang ideal. Dia masih berstatus mahasiswi di sebuah PTS di Yogyakarta. Dia tinggal di rumah kontrakan di Yogyakarta bagian selatan.
Martha menjadi lesbian karena Tante Lis. Martha dan Tante Lis sama-sama menjadi anggota sebuah pusat kebugaran terkemuka di Yogyakarta. Suatu sore, Martha dan Tante Lis berada di tempat ganti pakaian pusat kebugaran tersebut. Hanya mereka berdua karena kebetulan hujan turun dengan derasnya dan membuat banyak anggota pusat kebugaran tersebut enggan datang. Martha melihat Tante Lis yang berdiri beberapa meter dari tempatnya berdiri. Entah mengapa pandangan matanya kali ini beda dari biasanya. Dilihatnya kedua payudara Tante Lis yang seolah-olah ingin keluar dari penutupnya karena ketatnya baju senam yang dipakai Tante Lis. Tante Lis rupanya mengetahuinya.
"Ada apa Mbak?"
"Ah.. Tidak apa-apa Tante."
"Tidak apa-apa kok melihat kedua payudara saya."
Martha kaget kalau ternyata Tante Lis mengetahuinya pandangan matanya. Akhirnya keluarlah beberapa kata dari mulutnya.
"Kedua payudara Tante besar dan indah."
"Punyamu juga besar dan indah."
Tante Lis lalu mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah bedak talk. Dia kemudian membalikkan tubuhnya dan membelakangi Martha.
"Mbak, bisa Tante minta tolong?"
"Bisa, Tante mau apa?"
Martha menghampiri Tante Lis yang sedang menurunkan pakaian senamnya sehingga sekarang punggungnya terbuka.
"Tolong taburkan bedak talk ini ke punggungku dan gosokkan sekalian."
Martha menerima bedak talk kemudian menaburkannya ke punggung Tante Lis. Dia lalu menggosoknya dengan biasa saja.
"Aaahh.."
"Kenapa Tante?"
"Tidak apa-apa. Kamu mau tidak menggosok bagian depan?"
"Mau Tante. Tetapi jangan di sini. Nanti ketahuan orang lain."
"Cuek saja."
Martha ingin menolak. Tetapi terlambat. Tante Lis sudah membalikkan tubuhnya. Kedua payudaranya yang menantang membuat Martha langsung menaburi bedak talk ke kedua payudara Tante Lis. Digosoknya kedua payudara Tante Lis dengan kedua tangannya. Diremasnya kedua payudara Tante Lis.
"Aaahh.. aahh.. aahh.."
"Mbak mau?" tawar Tante Lis.
Tanpa menunggu persetujuan Martha, Tante Lis sudah menurunkan pakaian senam yang dipakaiMartha. Dilihatnya kedua payudara Martha yang hanya terdiam sambil menyerahkan bedak talk. Tante Lis menerima bedak talk tersebut dan didorongnya Martha ke tembok. Martha disandarkan ke tembok dan mulut Tante Lis sudah menjilati payudara kiri Martha. Sedangkan tangan kirinya mengusapkan bedak talk ke payudara kanan Martha. "Ehmm.. ehmm.. ehmm.."
Hanya itu yang keluar dari mulut Martha. Tangannya meraih tangan kiri Tante Lis dan melepaskan bedak talk yang dipegangnya. Dibimbingnya tangan kiri Tante Lis untuk membelai payudara kanan Martha. Tante Lis tidak hanya membelai tetapi juga memilin-milin puting payudara kanan Martha."Aaahh.. aahh.. aahh.." Mendengar suara itu Tante Lis semakin bergairah untuk mencumbui Martha. Dilepaskannya pakaian senam yang dipakai Martha yang masih menutupi bagian bawah tubuhnya sambil tetap memainkan kedua payudara Martha. Mulutnya turun ke bawah. Mulutnya tepat pada kemaluan Martha. Lidahnya dikeluarkan. Disentuhkannya ujung lidahnya ke kemaluan Martha berulang-ulang.
Sekarang Tante Lis sudah menjilati kemaluan Martha sambil jari telunjuk tangan kanannya membuka lubang kemaluan Martha dan tangan kirinya masih menikmati permainan kedua payudara Martha. Lidahnya dimasukkan ke dalam celah lubang kemaluan Martha. Lidah Tante Lis sudah merasa puasbermain-main di kemaluan Martha. Sekarang jari-jarinya dikeluar-masukkan ke dalam liang kemaluannya. Dikocoknya pelan-pelan. Mulut Tante Lis rupanya belum puas dan ikut membantu jari-jari Tante Lis dalam mempermainkan kemaluan Martha. Berkali-kali Martha mendesah. "Aaahh.. aahh.. aahh.." Tante Lis menghentikan permainannya sebentar. Dia melepaskan apa yang masih menutupi tubuhnya. Kemudian dengan bantuan jari-jari pada kedua tangannya Tante Lis menempelkan kemaluannya ke kemaluan Martha.
"Aaahh.. aahh.. aahh.." Suara yang keluar dari mulutnya dan mulut Martha disambut dengan menempelnya kedua payudara Tante Lis pada kedua payudara Martha. "Ouohh.." Lagi-lagi suara yang keluar dari mulut mereka berdua disambut dengan menempelnya kedua bibir mereka. Mereka berciuman dengan saling berebutan untuk menjilati lidah. Tante Lis menggerak-gerakkan tubuhnya. Kedua payudaranya dan kedua payudara Martha saling bergesekan. Begitu juga dengan kedua kemaluan mereka. Setelah beberapa saat Tante Lis menghentikan permainan itu. Dia melepaskan tubuhnya pada tubuh Martha. Dia berbalik dan membungkuk mengambil pakaiannya. Ketikadia berdiri, dari belakang Martha memeluknya.
"Kamu belum puas?"
"Belum Tante."
"Benar?"
"Benar Tante."
Kemudian Tante Lis membalikkan tubuhnya dan bersamaan dengan itu Martha ganti mendorongnya ke tembok. Dilihatnya lagi kedua payudara Tante Lis. Kemudian digesek-gesekkan puting kedua payudaranya ke kedua puting payudara Tante Lis. Keduanya sama-sama mengeluarkan suara. "Ouohh.."
Bibir Tante Lis ingin mencium bibir Martha. Tetapi sengaja Martha menghindar. Martha lalu ganti ingin memperlakukan Tante Lis seperti apa yang telah diperlakukan padanya. Mulut Martha lalu turun ke bawah menjilati payudara kanan Tante Lis. Sedangkan tangan kanannya membelai payudara kiri Tante Lis dan juga memilin-milin puting payudara kiri Tante Lis. Mulutnya turun ke bawah sambil tetap mempermainkan kedua payudara Tante Lis. Mulutnya tepat pada kemaluan TanteLis. Lidahnya dikeluarkan. Disentuhkannya ujung lidahnya ke kemaluan Tante Lis berulang-ulang. Sekarang Martha sudah menjilati kemaluan Tante Lis sambil jari telunjuk tangan kirinya membuka kemaluan Tante Lis dan tangan kanannya masih menikmati permainan kedua payudara Tante Lis.
Lidahnya dimasukkan ke dalam celah kemaluan Tante Lis. Lidah Martha sudah merasa puas bermain-main di liang kemaluan Tante Lis. Sekarang jari-jarinya dikeluar-masukkan ke dalam lubang kemaluannya. Dikocoknya pelan-pelan. Mulut Martha rupanya belum puas dan ikut membantu jari-jari Martha dalam mempermainkan lubang kemaluan Tante Lis. Berkali-kali Tante Lismendesah. "Aaahh.. aahh.. aahh.."
Akhirnya mereka berdua berpelukan erat sambil berciuman. Kedua payudara mereka saling menempel. Kedua kemaluan mereka juga saling menempel. Mereka berdua saling membelai punggung dengan halus. Tante Lis menambahi dengan jari telunjuk tangan kanannya yang masuk mengocok lubang pantat Martha. Martha mengikutinya dengan juga memasukkan jari telunjuk tangan kanannya yang masuk mengocok lubang pantat Tante Lis. Bibir mereka melepaskan ciuman dan keluarlah suara.. "Aaahh.. aahh.. aahh.."
Demikianlah keduanya mencapai puncak orgasme setelah memainkan lobang pantat masing-masing.
WIDYA DAN SUSAN
Widya berusia 22 tahun dengan ukuran payudara 36 dan tubuh yang ideal. Dia masih berstatus mahasiswi di sebuah PTS di Yogyakarta. Sedangkan Susan berusia 26 tahun dengan ukuran payudara 36 dan tubuh yang ideal. Dia bekerja sebagai karyawan sebuah kantor swasta di Yogyakarta. Mereka berdua tinggal di asrama putri tempat Ibu Anna di Yogyakarta bagian utara.
Mereka berdua menjadi lesbian ketika suatu pagi berebutan kamar mandi. Ada 2 kamar mandi di asrama yang berpenghuni cuma 4 orang. Satu kamar mandi sedang dipakai orang. Sedangkan yang satu masih kosong. Secara serempak mereka berdua sudah berada di depan kamar mandi.
"Aku tergesa-gesa," kata Widya.
"Aku juga tergesa-gesa," kata Susan.
Mereka terdiam beberapa saat sampai kedua mulut mereka serempak mengeluarkan suara.
"Sama-sama saja."
Mereka berdua langsung masuk ke kamar mandi dan Susan mengunci pintu kamar mandi tersebut.
"Tapi bagaimana caranya. Gayung cuma satu, sabun cuma satu, pasta gigi cuma satu," kata Susan.
"Iya. Dan juga aku malu kalau telanjang," kata Widya.
"Kalau itu tidak masalah. Kita saling membelakangi."
"Begini saja. Kamu dulu yang mandi. Aku gosok gigi dulu."
Kemudian Susan melepaskan seluruh pakaiannya dan menaruhnya di gantungan di belakang pintu kamar mandi. Dan di belakangnya Widya berdiri menunggu di pinggir bak mandi. Lalu mereka berputar haluan. Ganti Widya yang melepaskan seluruh pakaiannya dan menaruhnya di gantungan di belakang pintu kamar mandi. Kemudian dia menggosok giginya. Di belakangnya Susan sedang mengguyur tubuhnya dengan air. Setelah cukup, mereka berputar haluan kembali. Susan dengan membawa sabun berdiri menghadap pintu. Sedangkan di belakangnya giliran Widya yang mengguyur tubuhnya dengan air. Kemudian..
"San, sabunnya sudah?"
"Sudah. Ini," kata Susan sambil membalikkan tubuhnya yang penuh busa sabun.
Bersamaan dengan itu Widya juga membalikkan tubuhnya. Mereka kaget dan serentak menutupi tubuh seadanya. Tangan kanan mereka menutupi kedua payudara dan tangan kiri mereka menutupi kemaluan. "Aku sudah lihat punyamu Wid. Buka saja. Kenapa ditutup?" Widya tidak membuka tangan kanannya yang menutupi kedua payudaranya. Dibukanya tangan kirinya dan dibukanya tangan kanan Susan yang menutupi kedua payudaranya. Susan diam saja ketika Widya membelai payudara kirinya yang penuh busa sabun dan meremasnya. Dipilinnya puting payudara Susan. Yang keluar dari mulutnya hanya sebuah suara. "Aaahh.. aahh.. aahh.." Setelah Widya puas Susan berkata, "Punyamu aku sabuni ya?" Widya hanya mengangguk dan membuka tangan kanannya yang masih menutupi kedua payudaranya.
Susan kemudian mengusapkan sabun yang sejak tadi dipegangnya ke payudara kanan Widya dengan tangan kirinya. Tangan kanannya mengambil busa sabun dari payudara kirinya sendiri dan diusapkan ke payudara kiri Widya. Tidak lupa kedua puting Widya juga dipilin-pilin. Susan tidak hanya menyabuni kedua payudara Widya. Seluruh tubuh Widya disabuninya dengan usapan yangmenggairahkan sambil kedua payudaranya sendiri sesekali disentuhkan ke tubuh Widya. "Ehmm.. ehmm.. ehmm.." Ganti Widya yang mengeluarkan suara dari mulutnya. Tubuh mereka berdua sudah penuh dengan busa sabun. Susan dari belakang memeluk Widya dan kedua tangannya bergerak ke seluruh tubuh Widya. Widya yang dipeluk tidak ingin kenikmatan itu hanya milik Susan. Kedua tangannya juga bergerak ke seluruh tubuh Susan. Dia berkata sambil mendesah, "San.. tadi sebetulnya kamu tidak usah membalik tubuhmu. Cukup aku saja. Jadi kita tidak begini akhirnya."
"Maksudku juga begitu. Aku membalikkan tubuhku dengan harapan kamu tetap menghadap bak kamar mandi."
Kemudian sambil tetap dipeluk Susan, Widya membalikkan tubuhnya sehingga kedua payudara mereka saling menempel. "Ouohh.." Mereka berdua saling menggesekkan kedua payudara mereka sampai akhirnya mereka berdua sadar dengan apa yang terjadi dan serempak berkata, "Kita kan tergesa-gesa." Mereka melepaskan pelukan dan karena Susan yang mendapatkan gayung lebih dulu dia yang membilas tubuhnya. Widya tidak sabar dan merapatkan tubuhnya ke tubuh Susan. Mereka berdua kembali terlena dengan keadaan tubuh yang baru terkena satu guyuran air. Mereka berdua saling membersihkan sisa busa sabun pada tubuh mereka berdua. Desahan-desahan kenikmatan keluar dari mulut mereka berdua. "Ehmm.. ehmm.. ehmm.." Beberapa menit mereka saling membersihkan busa sabun sambil sesekali tubuh mereka diguyur air. Setelah selesai mereka mengeringkan tubuh mereka dengan handuk. Mereka keluar bersama-sama dan Widya berkata kepada Susan, "San, nanti malam lagi ya?" Susan hanya mengangguk.
Dan tanpa menunggu malam ketika sore hari Widya selesai mandi, Widya waktu itu berani hanya melilitkan handuk ke tubuhnya karena keadaan asrama sedang sepi. Dia kaget melihat Susan sudah berada di dalam kamarnya masih dengan memakai pakaian kerjanya. Dia hanya sebentar kaget kemudian tersenyum. "Wid, aku sebetulnya mau menyusul kamu mandi. Tetapi kamu mungkin tidak dengar. Jadi aku tunggu di sini." Widya menghampiri Susan yang duduk di tepi tempat tidur dan duduk di sampingnya. Dibelainya paha Susan yang tidak tertutupi rok mini yang dipakainya.Kemudian, "Sebentar ya San. Aku pakai pakaian dulu." Widya kemudian berdiri menghampiri lemari dan di depan lemari dia melepaskan handuknya. Dia mencari-cari pakaian dari dalam lemari.
"Kamu menantang aku ya? Tidak usah pura-pura cari pakaian."
"Rupanya kamu tahu."
Widya kemudian membalikan tubuhnya dan dilihatnya Susan sedang melepaskan BH-nya dan kemeja yang dipakainya hanya dilepaskan kancingnya. Setelah BH Susan terlepas, dengan cepat kedua tangan Widya melepaskan kemeja yang dipakai Susan sambil bibirnya mendarat di bibir Susan. Mereka berciuman dan saling menjilat lidah. Kedua payudara mereka saling menempel. Kedua puting payudara mereka saling digesekkan. Kemudian Widya menghentikan ciumannya dan dia duduk bersimpuh di depan Susan. Dibelainya paha Susan dengan kedua tangannya. Sedangkan Susan menikmati remasan kedua tangannya pada kedua payudaranya. Kedua tangan Widya lalu naik ke atas dan masuk ke dalam rok mini yang dipakai Susan. Dia berusaha melepaskan celana dalam yang dipakai Susan. Berhasil.
Pada waktu yang sama Susan yang mengetahui Widya sedang berusaha melepaskan celana dalamnya lalu menghentikan remasan pada kedua payudaranya. Kedua tangannya melepaskan rok mini yang dipakainya. Sekarang Susan sudah telanjang bulat. Widya kemudian membimbing Susan ke tempat tidur. Dan mereka pun bercumbu dengan nikmatnya hingga fajar menyingsing. Dan tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang sedang mengamati percumbuan mereka..
ANITA DAN ANGGA
Anita berusia 17 tahun dengan ukuran payudara 34 dan tubuh yang ideal. Dia masih berstatus siswa sebuah SMU di Yogyakarta. Sedangkan Angga berusia 23 tahun dengan ukuran payudara 36 dan tubuh yang ideal. Dia masih berstatus mahasiswi di sebuah PTS di Yogyakarta. Mereka berdua tinggal di asrama putri tempat Ibu Anna di Yogyakarta bagian utara.
Mereka berdua menjadi lesbian ketika suatu sore Angga yang baru pulang dari rumah temannya mendengar suara-suara aneh dari kamar Widya. Angga penasaran dan melihat pintu kamar Widya sedikit terbuka. Dilihatnya Widya yang sedang menjilati kemaluan Susan dan tangan Susan yang meremas payudara kanannya sendiri. Tubuh mereka berdua telanjang dan banjir keringat. Tanpa sadar tangan Angga bergerak ke atas dan meremas kedua payudaranya sendiri yang masih ditutupi pakaiannya. Dia lalu tersadar dengan apa yang telah dilihatnya. Kemudian dia beranjak dari samping pintu kamar Widya dan masuk ke kamarnya. Dia kemudian melepas pakaiannya. Dia teringat kejadian di kamar Widya. Entah mengapa kemudian Angga yang tinggal memakai pakaian dalam kemudian menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur. Dilepasnya BH yang masih dipakainya. Kemudian dia meremas kedua payudaranya.
"Aaahh.. aahh.. aahh.." Angga terus meremas kedua payudaranya dan sesekali memilin putingnya sambil membayangkan Widya dan Susan masuk ke kamarnya. Dia berdiri dan Widya dari depan tanpa bertanya lagi melepas celana dalam yang dipakai Angga dan lalu menjilati kemaluannya. Sedangkan Susan dari belakang melepas BH yang dipakai Angga dan kemudian dari belakang meremas kedua payudaranya. "Aaahh.. aahh.. aahh.."
Tangan Angga menghentikan remasan pada kedua payudaranya dan turun ke bawah. Tangannya dimasukkan ke dalam celana dalamnya. Sekarang jari-jarinya dikeluar-masukkan ke dalam lubang kemaluannya. Dikocoknya pelan-pelan. "Aaahh.. aahh.. aahh.."
Setelah beberapa lama bermasturbasi, Angga akhirnya tertidur dalam keadaan tinggal memakai celana dalam. Keesokan harinya Angga terbangun setelah mendengar pintu kamarnya diketok. Dia membuka matanya dan memperhatikan jam dinding di kamarnya. Waktu menunjukkan pukul 10:00. Angga terkejut karena dia bangun kesiangan dan dia akhirnya lega ketika mengetahui bahwa hari ini dia libur kuliah. Terdengar pintu kamarnya diketuk lagi. Dia lalu bangun dan mengambil daster kaos dari dalam lemari dan dipakainya. Dibukanya pintu kamarnya dan dilihatnya Anita yang masih menggenakan seragam sekolahnya.
"Mari masuk Nit!"
Kemudian Anita masuk.
"Kamu kesiangan juga Nit?" tanya Angga.
"Aku pulang pagi Mbak," jawab Anita sambil duduk di karpet yang ada di kamar Angga.
Dia mengambil sebuah majalah tetapi tidak dibacanya.
Dia bertanya kepada Angga, "Mbak. Tadi malam lihat tidak?"
"Lihat apa?"
"Di kamar Mbak Widya."
Angga terkejut mendengar perkataan Anita. Kebetulan, pikir Angga.
"Kamu mau melakukannya?"
Tanpa menunggu persetujuan Anita, tangannya sudah memegang tangan kanan Anita dan diremaskannya ke payudara kirinya. Tangan kiri Anita dengan sendirinya membelai paha Angga dan bibirnya dengan pelan mendarat di bibir Angga. Keduanya berciuman dan saling perang antar lidah. Tangan Angga melepas kancing baju seragam yang dipakai Anita. Anita menghentikan ciuman dan belaiannya pada paha Angga. Dia melepas baju seragamnya. Kemudian mengangkat daster kaos yang dipakai Angga sampai terlihat kedua payudaranya. Dibelainya payudara kanan Angga. Angga pun melepasdaster kaosnya sehingga Anita dengan leluasa menghisap payudara kiri Angga sambil tetap membelai payudara kanannya.
"Aaahh.. aahh.. aahh.."
"Ehmm.. ehmm.. ehmm.."
Tangan Anita menghentikan belaiannya pada payudara kanan Angga. Dan kini dihisapnya payudara kanan Angga sambil dia melepas kaos dalam dan BH yang masih dipakainya. Dia lalu menelentangkan Angga dan menindihnya sehingga kedua payudara mereka saling menempel. Kedua puting payudara mereka saling digesekkan. "Ouohh.."
Setelah beberapa lama saling menggesekkan kedua payudara. Anita kemudian menggeser tubuhnya ke samping Angga sambil tetap tengkurap. Dilepasnya rok seragam yang masih dipakainya dan tidak ketinggalan celana dalamnya. Angga juga melepas celana dalamnya dan duduk sambil membelai punggung Anita. Dia kemudian menggesek-gesekkan kedua payudaranya ke punggung Anita. Anita lalu ikut duduk dan mereka berdua saling membelai kedua payudara. "Ehmm.. ehmm.. ehmm.."
Anita menceritakan bahwa semalam dia yang baru pulang dari berbelanja keperluan sekolahnya. Dia melewati kamar Widya dan tanpa sengaja melihat Widya dan Susan berpelukan erat sambil berciuman. Kedua payudara mereka saling menempel. Kedua kemaluan mereka juga saling menempel. Mereka berdua saling membelai punggung dengan halus. Mereka berdua saling mengocok lubang pantat dengan jari telunjuk tangan kanan. Angga terangsang dengan cerita Anita dan kini mereka berdua sudah saling menjatuhkan. Anita kalah dan kemaluannya langsung digarap oleh Angga. Dia menungging dan dikangkangnya kaki Anita. Mulutnya tepat pada kemaluan Anita. Lidahnya dikeluarkan. Disentuhkannya ujung lidahnya ke kemaluan Anita berulang-ulang.
Sekarang Angga sudah menjilati liang kemaluan Anita sambil jari telunjuk tangan kirinya membuka lubang kemaluan Anita. Lidahnya dimasukkan ke dalam celah lubang kemaluan Anita. Lidah Martha sudah merasa puas bermain-main di kemaluan Anita. Sekarang jari-jarinya dikeluar-masukkan ke dalam lubang kemaluannya. Dikocoknya pelan-pelan. Mulut Angga rupanya belum puas dan ikut membantu jari-jari Angga dalam mempermainkan lubang kemaluan Anita. Berkali-kali Anita mendesah. "Aaahh.. aahh.. aahh.."
Kini puting payudara kiri Angga digesek-gesekkan ke kemaluan Anita. Kedua tangannya juga meremas kedua payudara Anita bekerja sama dengan kedua tangan Anita. "Aaahh.. aahh.. aahh.." Akhirnya Angga menghentikan permainannya. Dia berdiri dan Anita juga ikut berdiri. Angga membungkukkan badannya dan berpegangan pada kursi. Kakinya dikangkangkan. Anita tahu maksudnya. Dia merebahkan tubuhnya tepat di bawah tubuh Angga. Kedua tangannya kemudian meremas kedua payudara Angga. Kemudian kedua tangannya menuju lubang kemaluan Angga. Jari telunjuk tangan kirinya membuka lubang kemaluan Angga. Kemudian jari-jarinya dikeluar-masukkan ke dalam lubang kemaluannya. Dikocoknya pelan-pelan. Jari-jarinya juga dikeluar-masukkan ke dalam lubang pantat Angga. "Aaahh.. aahh.. aahh.." Pelan-pelan tubuh Angga turun ke bawah dan lubang kemaluannya tepat di lubang kemaluan Anita. Dia menindihi Anita. Tetapi mereka berdua tidak melakukan apa-apa. Kemudian Angga berdiri dan duduk di kursi. Anita juga ikut berdiri.
"Sini Nit.!"
Anita kemudian menghampiri Angga. Angga membimbing Anita untuk duduk di pangkuannya dengan posisi terbalik. Mereka berdua berpelukan erat sambil berciuman. Kedua payudara mereka saling menempel. Kedua kemaluan mereka juga saling menempel. Setelah beberapa lama Anita bangkit dari pangkuan Angga. Dia merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Angga ingin menghampirinya. Tetapi mereka berdua serentak membenahi pakaiannya ketika mendengar suara mobil masuk ke dalam asrama.
KISAH IBU ANA
Ibu Ana berusia 37 tahun dengan ukuran payudara 42 dan tubuh yang ideal. Dia seorang ibu rumah tangga yang mengelola asrama putri yang didiami oleh Widya, Susan, Anita dan Angga. Ibu Ana menjadi lesbian karena Anita. Ketika suatu siang dia ke asramanya dan diterima oleh Anita yangbaru saja bercumbu dengan Angga. Dia memakai daster kaos milik Angga.
"Mari Bu!" kata Anita mempersilakan Ibu Ana duduk.
"Bagaimana kabar anak-anak sini," sambil dia duduk di sofa panjang.
Anita kemudian menceritakan keadaan teman-teman satu asramanya. Tiba-tiba Angga muncul.
"Maaf Bu, saya mau pergi," kata Angga.
"Silahkan," jawab Ibu Ana.
Ketika itu Anita tanpa sengaja melihat kedua payudara Ibu Ana yang masih ditutupi pakaiannya.
"Ada apa Nit?" tanya Ibu Ana.
"Tidak apa-apa Bu," jawab Anita.
"Ibu darimana?" sambung Anita.
"Berbelanja."
Ibu Ana lalu mengeluarkan beberapa barang dari tas plastik dan diletakkan di meja. Barang-barang itu memang disediakan Ibu Ana setiap bulannya untuk memenuhi kebutuhan anak-anak di asramanya. Kebetulan Ibu Ana memperoleh menjadi anggota dari sebuah agen produk kecantikan. Anita tertarik pada sebuah barang yang setelah dikeluarkan dari tas plastik tidak diletakkan di meja tetapi dimasukkan ke tas kecilnya.
"Itu apa Bu?"
"Ini buat Ibu."
Diserahkannya sebuah botol kecil ke Anita. Sebuah cream untuk membantu memperbesar dan memperindah payudara.
"Jadi ini ya? Yang membuat payudara ibu jadi besar itu. Saya mau Bu."
"Itu buat kamu saja. Nanti Ibu beli lagi."
"Caranya bagaimana Bu?"
"Tinggal diusap saja di payudaramu."
"Beri contoh Bu."
"Malu saya kalau.." Ibu Ana menghentikan perkataannya.
"Malu apa Bu?"
Ibu Ana hanya diam.
"Malu telanjang ya?"
Ibu Ana hanya menggangguk.
"Kenapa malu Bu. Ibu harus bangga mempunyai payudara besar. Atau begini saja Bu. Kalau Ibu malu, aku juga lepas pakaian. Jadi kita sama-sama malu."
Ibu Ana ingin mencegah Anita melepas pakaiannya. Terlambat. Anita sudah melepas daster kaos yang dipakainya.
"Ibu curang. Kenapa tidak lepas pakaian? Aku yang lepas ya Bu?"
Anita menghampiri Ibu Ana yang setengah menghindar untuk dilepas pakaiannya. Tetapi akhirnya Anita berhasil melepas kaos ketat termasuk BH yang dipakai Ibu Ana. Dibelainya kedua payudara Ibu Ana. Ibu Ana sendiri juga membelai kedua payudara Anita.
"Payudaramu juga indah."
"Tetapi tidak besar Bu. Bagaimana cara menggunakan cream ini Bu?"
Ibu Ana menghentikan keasyikannya membelai kedua payudara Anita. Dia mengambil botol cream tersebut.
Dibukanya dan diambil sedikit. Diusapkannya cream tersebut ke payudara kirinya. Diratakan dan diremas-remas. Anita mengikutinya. Tetapi tidak ke payudaranya. Diambilnya sedikit cream dan diusapkan ke payudara kanan Ibu Ana. Anita melakukannya dengan gairahnya yang memanas. Ibu Ana ingin menghindar. Tetapi dia merasakan bahwa remasannya lebih nikmat dari remasan suaminya sendiri. Dia mendiamkan Anita meremas kedua payudaranya. Dia bahkan menikmatinya dan ikut meremas kedua payudara Anita tanpa memakai cream. "Aaahh.. aahh.. aahh.."
Keduanya berpandangan dan tersenyum. Anita kemudian memegang kepala Ibu Ana dan diletakkan di payudara kirinya. Entah mengapa, seolah-olah sudah pernah melakukan. Bibir Ibu Ana menghisap payudara kiri Anita. Tangannya membelai dan meremas payudara kanan Anita. Kemudian Ibu Ana merasa puas dan kemudian merebahkan tubuhnya ke sofa panjang tersebut sambil kakinya masih di bawah. Anita mengangkat kaki Ibu Ana ke atas kemudian dia menduduki paha Ibu Ana bagian atas. Diremasnya kedua payudara Ibu Ana sambil memilin-milin puting payudara kanan Ibu Ana. Tangan Ibu Ana tidak tinggal diam. Dia ingin juga meremas kedua payudara Anita. Tetapi Anita pintar menghindar sehingga Ibu Ana setengah jengkel hanya bisa membelai punggung Anita.
Tidak lama setelah itu Ibu Ana mendorong punggung Anita sehingga tubuh Anita menindih tubuh Ibu Ana. Kedua payudara mereka saling menempel. Kemudian mereka saling menggesek-gesekkan puting kedua payudara. Keduanya sama-sama mengeluarkan suara.
"Ouohh.."
"Ehmm.. ehmm.. ehmm.."
Anita duduk lagi dan membersihkan cream yang menempel di kedua payudaranya gara-gara didorong Ibu Ana. Ibu Ana membantu membersihkan tetapi tidak sekedar membersihkan. Diremasnya payudara kanan Anita dan sekaligus memilin puting payudaranya. Anita selesai membersihkan cream di kedua payudaranya dan lalu membersihkan kedua payudara Ibu Ana. Setelah selesai, Anita memegang kedua tangan Ibu Ana yang asyik mempermainkan kedua payudaranya. Diletakkannya kedua tangan Ibu Ana ke pundaknya dan mendorong sendiri tubuhnya menindih Ibu Ana kembali. Kembali kedua payudara mereka saling menempel. Keduanya kembali sama-sama mengeluarkan suara."Ouohh.."
Kemudian Anita duduk lagi dan mengambil sebuah botol yang ada di meja. Botol tersebut mirip sebuah penis. Disentuhkannya botol tersebut ke bibir Ibu Ana. Ibu Ana yang telah mencapai puncak kenikmatan berusaha mencoba untuk menghisap botol tersebut. Tetapi Anita sengaja hanya menyentuhkannya. Dia menarik botol tersebut dengan lembut turun ke bawah melalui leher danakhirnya sampai diantara kedua payudara Ibu Ana. Botol tersebut digesek-gesekkan turun-naik dan Ibu Ana mengimbangi dengan memegang kedua payudaranya. Dijepitnya botol tersebut dengan kedua payudaranya sedangkan Anita masih terus menggesek-gesekkannya secara turun-naik. Tangan kanannya membelai kedua payudara Ibu Ana bergantian. Anita menghentikan gesekannya dan botol tersebut kini pindah ke payudara kanannya. Disentuhkannya botol tersebut mengelilingi payudara kanannya dilanjutkan dengan aksi botol tersebut mengelilingi payudara kirinya. "Ehmm.. ehmm.. ehmm.."
Ibu Ana hanya melihat, dan setelah Anita selesai dengan permainannya, dia memegang tangan Anita yang memegang botol tersebut. Didorongnya botol tersebut ke mulutnya. Anita lalu mengeluar-masukkan botol tersebut sambil salah satu tangannya dibimbing oleh kedua tangan Ibu Ana untuk meremas kedua payudaranya. Setelah beberapa lama, Anita lalu mengeluarkan botol tersebut dan botol tersebut yang basah diusapkan ke payudara kirinya. Kemudian botol tersebut diletakkan ke meja kembali. Ibu Ana yang melihat payudara kiri Anita basah lalu membersihkan dengan belaian tangannya yang lembut. Kembali mereka terlena dengan belaian-belaian yang menggairahkan dilanjutkan dengan saling meremas.
Setelah puas saling meremas kedua payudara, Anita lalu menyentuhkan kedua puting payudaranya ke kedua puting payudara Ibu Ana. Pelan-pelan dia turun menindihi Ibu Ana sehingga kedua payudara mereka saling menempel. "Ouohh.."
Tidak puas begitu saja, keduanya kemudian melanjutkan permainan binal tersebut hingga titik kenikmatan penghabisan. Sungguh Nikmat hidup ini.
← Back || Exit →
Home
Cerita Terbaru & Terpanas!
03/05/11
Online :2
Hari ini :3
Minggu ini :5
Bulan ini :7
Total :143