Find Your Love - Wapsign.com
Kisah Di Warteg
Nama saya Heru, saat itu saya berumur 25 tahun, telah berkeluarga dengan istri bernama Meri, serta telah dikaruniai dua orang anak yang pertama berumur 3 tahun dan kedua berumur 1 tahun. Cerita ini bermula dari kebiasaan saya yang sering nongkrong di warteg di komplek tempat saya tinggal pada waktu santai.
Pemilik Warteg itu adalah sepasang pengantin baru yang baru 7 bulan menikah. Penjaganya adalah istri dari pengantin baru tersebut yang bernama Diana, sedangkan suaminya adalah seorang sopir bus AKAP, yang sering bertugas sampai berhari-hari baru pulang dan bernama Juanda. Saya dan istri sayapun kenal baik dan akrab dengan mereka.
Pada suatu hari yang telah saya lupa tanggalnya saya kembali nongkrong di Warteg itu yang pada saat itu suasana sudah mulai sepi karena hari sudah menjelang malam. Pada saat itu Diana sedang berkemas-kemas untuk menutup wartegnya. Saya lalu mengajak Diana mengobrol sambil dia berkemas-kemas.
aEsKok sendirian Yan?aEt tanya saya. (Saya memanggilnya Dian/Yan)
aEsIya nih Kak, Kak Juandanya tadi pagi baru berangkat!aEt
aEsKemana?aEt
aEsKatanya hari ini tujuan Jakarta, dan sampai 8 hari baru bisa pulang,aEt katanya.
aEsOh ya Kak saya tinggal dulu ya, mau mandi, habis dari tadi rame sih belum sempat mandi,aEt katanya lagi. Lalu Diana masuk ke dalam rumahnya untuk mandi.
Setelah setengah jam Diana keluar lagi dengan rambut yang masih basah, dan memakai daster yang membuat saya menahan napas karena kalau kena lampu kelihatan BH dan CDnya yang menerawang dari balik daster yang dipakainya, serta membawa secangkir kopi untukku, dan duduk di kursi yang ada di depanku. Harum sabun mandi yang dipakai saat mandi masih tercium saat Diana duduk, dan ini membuat nafsu saya agak tergugah dan tongkol saya mulai ngaceng.
aEsDiminum Kak kopinya,aEt katanya mempersilakan.
aEsTerima kasih,aEt jawabku sambil menghirup kopi yang disuguhkan.
aEsApa enggak takut ditinggal sendirian,aEt tanyaku memulai obrolan.
aEsYa enggaklah, kan tetangga di sekitar sini baik-baik Kak?aEt jawabnya.
Lalu obrolan kami terus berlanjut dan haripun bertambah malam. Karena suasana yang mulai sepi saya mencoba memancingnya dengan obrolan yang dapat membangkitkan gairah.
aEsYan kamu nggak kesepian ditinggal suamimu berhari-hari gini?aEt
aEsMau gimana lagi Kak, namanya juga tuntutan pekerjaanaEt
aEsKasihan! Masa pengantin baru ditinggal kedinginan kaya giniaEt
aEsIh, siapa lagi yang kedinginan?aEt jawabnya agak centil.
Merasa ada respon sayapun tambah semangat.
aEsYa kan kasihan, orang pengantin baru itu biasanya kan kalau tidur selalu berpelukan biar tidak kedinginanaEt
aEsSiapa bilang kalau pengantin baru itu kalau tidur selalu berpelukan?aEt
aEsBuktinya kakak semasa pengantin baru selalu tidur berpelukan.aEt
aEsEnak dong Mbak Meri selalu tidur dipeluk kakakaEt
aEsYa begitulah, kalau kamu mau, saya juga mau tidur pelukin kamu,aEt kata saya sambil bercanda.
aEsIh kakak ini Piktor (pikiran kotor) dehaEt
aEsEmang Mbak Meri boleh kakak tidur pelukin cewek lain?aEt sambungnya.
aEsYa jangan ketahuan dong,aEt jawabku, sambil aku memandang wajah cantiknya dan menanti responnya.
Diana lalu memandangku dengan tatapan yang menggoda.
aEsKalau kakak tidur pelukin saya dan ketahuan Mbak Meri gimana hayoo?aEt
aEsNggak mungkin ketahuan kalau kamu mau,aEt pancingku sambil bergeser duduk disampingnya, dan kugenggam tangannya yang tampak bergetar, dan ternyata Diana diam saja.
aEsJangan disini Kak nanti ada orang lihat,aEt katanya.
Karena mendapat angin aku mengajak Diana masuk ke dalam rumahnya. Begitu masuk ke dalam rumahnya saya langsung menutup pintu dan memeluk Diana dari belakang. Semula dia menolak dengan alasan takut ketahuan. Aku yang sudah dikuasai nafsu terus merayu Diana yang masih ragu. Aku sudah tidak peduli apa-apa lagi kecuali menikmati tubuh Diana yang cantik ini. Aku membalikkan tubuh Diana dan langsung melumat bibirnya yang sexy itu.
aEsMmhh,aEt desah Diana.
Aku terus menyerangnya dengan bergairah. Tangankupun tak tinggal diam, aku meremas buah dadanya yang montok dari balik dasternya.
aEsMmhh Kak,aEt desahnya yang mulai terangsang.
Aku lalu membopong tubuh Diana ke kamarnya yang ditunjuk Diana dan merebahkannya di ranjang yang merupakan ranjang pengantin Diana. Lalu aku berdiri dan membuka baju dan celana panjangku agar tidak kusut, dan yang tertinggal hanya celana dalamku.
tongkolku yang dari tadi ngaceng tampak menonjol di balik CDku. Lalu aku mendekati Diana yang terbaring diranjang sambil memandangku. Aku kembali mengulum bibirnya yang sexy itu sambil tanganku mengelusi pahanya yang putih. Diana menyambut ciumanku dengan bernafsu. Setelah puas aku melanjutkan ciumanku ke lehernya yang jenjang dan secara perlahan-lahan aku membuka dasternya, dan dilanjutkan dengan BH dan CDnya. Kini tubuh Diana yang mulus terpampang pasrah di ranjang. Kemudian aku menciumi buah dadanya yang kiri sedangkan tanganku meremas buah dadanya yang kanan.
aEsAwwaE| geli Kak,aEt rintihnya yang membuat aku tambah bersemangat.
aEsBuah dada kamu bagus YanaEt kataku.
aEsEmang punya Mbak Meri jelek ya?aEt tanyanya menggodaku.
aEsBagusan punya kamuaEt kataku merayunya.
aEsAahh enak Kak, terus Kak, isap Kak yang kuaataEt rintihnya.
Setelah puas dengan buah dadanya ciumanku aku lanjutkan ke bawah menyusuri perutnya yang ramping terus ke bawah hingga menyentuh bulu bulu halus diatas memiawnya. Lalu aku mulai menjilati memiawnya yang telah basah oleh cairan birahi.
aEsAahh enak Kak, diapain Kak memiawku,aEt rintihnya.
aEsTerus Kak aahh!! Enak sekali Kak, Kak juanda tidak pernah mau begini Kak aahh!!aEt rintihnya lagi.
Sesaat kemudian Diana menekan kepalaku semakin dalam di memiawnya, dan ternyata dia mendapat orgasmenya yang pertama. Kemudian aku naik untuk mencium bibirnya kembali dan disambut dengan buas oleh Diana.
aEsEnak nggak Yan?aEt tanyaku.
aEsEnak sekali Kak,aEt jawabnya
aEsEmang Juanda nggak pernah ya?aEt
aEsEnggak Kak, jijik katanyaaEt
aEsTolol sekali dia,aEt batinku.
aEsBuka dong Kak CDnyaaEt
aEsDiana dong bukainaEt
aEsIh Kak Heru manja deh,aEt katanya sambil membuka CDku.
tongkolku yang sudah tegang dari tadi langsung meloncat keluar begitu CD ku diturunkan oleh Diana. Tampak Diana terbelalak melihat tongkolku.
aEsBesar sekali Kak,aEt katanya kaget.
aEsEmang punya suamimu kecil ya?aEt tanyaku.
aEsPaling setengah dari punya kakak,aEt katanya sambil meremas tongkolku.
aEsAahh enak YanaEt desahku
aEsEnak nggak Kak tongkol sebesar ini masuk dimemiawku nanti?aEt tanyanya.
Aku tersenyum sambil mengangguk.
aEsJilati YanaEt pintaku.
Lalu Diana menunduk untuk mencium tongkolku yang super menurutnya.
aEsAahh enak, enak Yan jilati terus Yan aahh!!aEt rintihku.
Lalu Diana memasukkan tongkolku ke dalam mulutnya, dan mengulum tongkolku. Tampak Diana kesusahan mengulum tongkolku yang besar didalam mulutnya. Setelah beberapa saat aku menarik Diana keatas dan membaringkannya secara telentang. Diana mengerti dan segera membuka pahanya lebar lebar. Aku segera mengarahkan tongkolku dan menyentuh lobang memiawnya yang semakin banjir oleh cairannya.
aEsLambat-lambat Kak, aku belum pernah dimasuki tongkol sebesar ituaEt pintanya.
Aku tersenyum memandangnya sambil mengangguk.
aEsAawwaE| Kak, sakit Kak aahh!!aEt
Aku menghentikan dorongan pantatku dan mendiamkannya sejenak. Setelah Diana tenang kembali aku mendorong laju tongkolku ke dalam memiawnya.
aEsAaww Kak enak!! Terus Kak enak, tongkol kakak enak Kak, aawwuuhh enak tongkol kakak besar enak,aEt erangnya dengan liar.
Mendengar itu aku tambah bersemangat untuk memompa tongkolku didalam memiawnya. Kemudian aku memeluknya sambil berbisik ditelinganya,
aEsEnak nggak tongkol kakak?aEt
aEsOohh enak sekali Kak, tongkol kakak enak sekali, besar panjang sampai sesak memiaw dianaaEt racaunya dengan Vulgar.
Mendengar itu aku terpancing untuk melayani racau Vulgarnya.
aEsEnak mana tongkol kakak dengan tongkol suamimu?aEt tanyaku.
aEsLebih enak tongkol kakak, tongkol kakak tiada duanya oohh!! AahhaEt rintihnya.
aEsmemiaw kamu juga enak, legit juga sempit sepeti perawanaEt kataku.
Mendengar itu Diana lalu bertanya,
aEsEnakan mana memiaw Diana dengan memiaw Mbak Meri aaww!! Oohh!!aEt
aEsSama sama enak, tapi lebih enak punya Diana karena masih sempit,aEt jawabku sambil terus memompa tongkolku.
Tak lama kemudian aku merasa akan segera meledak begitu juga dengan Diana.
aEsAahh aku mau keluar YanaEt
aEsDiana juga KakaEt
aEsKita keluarkan sama sama Yan, aahh!! Oohh keluarkan dimana Yan?aEt
aEsKeluarkan didalam saja Kak aahh,aEt jerit panjang Diana, lalu akupun menyusul.
aEsAahh!!aEt jeritku sambil memeluk erat Diana.
Kemudian kami berdua terkulai lemas setelah pertempuran panjang itu. Aku mencium kening Diana lalu mengecup bibirnya.
aEsTerima kasih YanaEt
aEsSama-sama KakaEt
Lalu aku segera turun dari ranjang dan berpakaian karena tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Sebelum pulang aku kembali menghampiri Diana yang masih tergolek lemas di ranjang dan melumat bibirnya, sambil berjanji untuk mengulanginya.
Setelah dirumah ternyata istri dan anak-anak telah tidur.
Dan pada saat suami Diana tak ada di rumah kamipun kembali melakukannya, baik di rumahnya maupun di hotel, sampai suami Diana berhenti dari pekerjaanya, karena Diana telah melahirkan bayi dan harus merawat bayinya.
Sampai saat ini saya dan Diana masih tidak dapat memperhitungkan sebenarnya bayi yang dilahirkannya itu merupakan benih dari siapa, apakah benih dariku atau suaminya, karena kalau dilihat secara teliti wajah sang bayi sangat mirip suaminya tetapi badan si bayi sangat mirip denganku. Namun demikian masalah ini sampai sekarang tidak pernah dipermasalahkan oleh suami Diana sehingga perselingkuhanku dengan Diana tidak pernah terbongkar dan kami dua keluarga tetap bersahabat dan tetap akrab.
← Back || Exit →
Home
Cerita Terbaru & Terpanas!
01/05/11
Online :1
Hari ini :5
Minggu ini :74
Bulan ini :5
Total :477